Jumat, 03 Agustus 2012

Menanti Mentari Menyilaukan Rindu

Angin berwujud rindu berhembus tak tentu arah
menyeretku menuju masa lalu, mencampakkanku pada hari kemarin, saat kita masih saling menggenggam.

Lalu, bulir hujan menderas pada penderitaanku, membasahi bathinku, sesuka hati berjatuhan membawa kenangan.

Sampai saat, lengkung bianglala membentang
seakan menawarkan pelukan.

Sudahlah, aku hanya percaya pada terang.
Yang sungguhan terang. Bukan yang serupa terang.
Setia menanti mentari
menyilaukan rindu sampai ia memutuskan pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar